LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
HEWAN
(LAPORAN KULIAH LAPANGAN)
diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas praktikum mata kuliah “Fisiologi Hewan” yang diampu oleh Siti Nurkamilah,
M.Pd.
Kelompok: 1 (Satu)
Wawan Kurniawan (16543026)
Novi Nurul Awaliyah (16543012)
Euis Hanunah (16543022)
Mahisa Rani (16543025)
LABORATORIUM
BIOLOGI
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS
ILMU TERAPAN DAN SAINS INSTITUT
PENDIDIKAN INDONESIA
GARUT
|
2019
SISTEM SARAF PADA KATAK
SAWAH (Rana cancrivora)
(Laboratorium Fisiologi
Hewan UPI – Bandung, 17 Januari 2019)
A. Tujuan praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari reflex normal dan spinal
pada katak sawah (Rana cancrivora) dan Untuk mempelajari reflex tendfon
pada manusia.
B. Alat dan bahan
§ Alat
yang digunakan pada praktikum kali ini sebagai berikut :
·
Akuarium
·
Bak bedah
·
Statif
·
Rantai penggantung
·
Sonde/ pengaduk gelas
·
Gunting bedah
·
Beaker gelas
·
Tespek
§ Bahan
yang digunakan pada praktikum kali ini sebagai berikut :
·
Katak
sawah (Rana cancrivora) (2 ekor)
·
Lartan
HNO3 encer
·
Larutan
HNO3 pekat
·
Larutan
H2SO4 1%, 2%, 3%
·
Larutan
fisiologis (NaCl 0,6%)
C. Langkah kerja
Adapun langkah kerja dari
praktikum ini adalah :
1) Kegiatan I
1. Katak Normal
a. Memegang katak yang masih hidup dengan tangan
kiri dan menggenggam kedua kaki belakangnya, kemudian dekatkan gelas pengaduk
atau sonde pada daerah mata katak tersebut. Amati reflex yang terjadi.
b. Menyentuh nares eksterna pada katak tersebut
dan perhatikan gerakan nares eskterna tersebut.
c. Mengusap bagian tenggorokan sampai bagian
perut dan perhatikan gerakan anggota badan anterior.
d. Menggores / menyentuh bagian lateral atau
dorsal tubuh katak, apakah katak tersebut berbunyi atau tidak.
e. Memegang kedua kaki depannya dan membiarkan
kedua kaki belakang bebas, kemudian goreskan gelas pengaduk yang telah
dicelupkan ke dalam HNO3 encer pada punggungya. Amati apa yang terjadi.
f.
Melakukan sumasi rangsang kimia seperti pada katak
yang telah mengalami dekapitasi.
2. Katak yang telah didekapitasi
a.
Memasukkan
gunting bedah ke dalam mulut katak dan angkat kepalanya.
b.
Menggunting
di bawah membrane timpani.
c.
Meutup
ujung potongan tersebut dengan kapas dan menggantung katak tersebut pada statif
dengan mengkait rahang bawahnya.
d.
Menetesi
dengan larutan fisiologis agar kesadarannya pulih kembali.
Setelah katak siuman kerjakan hal – hal tersebut :
a.
Memasukkan
katak tersebut ke dalam akuarium, perhatikan gerakannya.
b.
Menterlentangkan
katak pada bak bedah, perhatikan apakah katak berusaha untuk membalikkan
badannya atau tidak.
c.
Meletakkan
katak tadi pada bidang miring mengarah ke bawah bidang tersebut, perhatikan
gerakannya.
d.
Menggantung
katak tersebut pada bagian rahang bawahnya.
e.
Melakukan
sumasi dengan rangsang zat-zat kimia seperti berikut :
·
Menyediakan
tiga gelas beaker yang masing-masing berisi larutan H2SO4 1%, 3%, 5%.
·
Mencelupkan
ujung jari katak pada larutan yang terlemah, ulangi beberapa kali sampai
terjadi respon.
·
Mencelupkan
ujung jari kaki katak tersebut pada larutan yang lebih kuat. Perhatikan sebelum
dicelupkan, jari katak harus dicuci terlebih dahulu.
·
Menyentuh
jari katak belakang dan jari kaki depan dengan benda panas, perhatikan reaksinya.
·
Menyentuh
pula bagian ventral/perutnya dengan benda panas, bagaimana reaksinya?
2) Kegiatan II
1.
Mintalah teman anda untuk duduk pada kursi
dan biarkan salah satu kakinya dalam keadaan bebas. Pukullah ligamentum
pattelanya (dibawah tempurung lutut) dengan palu atau alat pemukul lainnya.
Perhatikan gerakan kaki tersebut.
D.
Landasan Teori
Tiap bagian susunan saraf pusat
mempunyai fungsi tertentu. Dengan sifat merangsang (fasilitas) atau menghambat
(inhibisi) bagian-bagian tersebut. Apabila suatu bagian tubuh dirangsang, maka
bukan bagian itu saja yang bereaksi terhadap rangsangan tersebut, tetapi dapat
juga bagian-bagian tubuh yang lain. Hal ini terjadi karena bila suatu reseptor
dirangsang cukup kuat, maka rangsangan tersebut diteruskan melalui saraf aferen
berpusat. Dipusat, rangsangan tersebut diteruskan melalui bberapa saraf
asesoris menuju ke beberapa saraf eferen dan lebih dari satu efektor. Jadi
apabila saraf aferen terangsang, efektor-efektor tersebut akan serempak
bereaksi.
Unit dasar aktivitas integrative
saraf adalah busur reflex. Busur ini terdiri dari organ sensorik, reseptor
neuron aferen, satu sinap atau lebih pada integrase sentral, neuron aferen dan
efektor. Pada mammalia dan manusia, hubungan neuron aferen dan eferen saraf
somatic adalah dalam otak atau medulla spinalis.
Neuron aferen masuk melalui radiks
dorsal atau saraf-saraf kranial dan badan selnya terletak pada ganglion yang
sejenis dari saraf kranial. Serabut eferen meninggalkan rangsang melalui radiks
ventral atau saraf motoric kranial yang sejenis. Didapatkan dua macam reflex
yaitu :
a. Reflex monosinaps : dimana hanya terdapat satu
sinaps antara serabut aferen dan eferen (contoh : reflex pada bagian patella
atau reflels achilles)
b. Reflex polisinaps yang mempunyai busur reflex dengan
lebih dari satu interneuron diantara neuron aferen dan eferen (contoh : reflex
pada kornea mata).
Aktivitas
reflex baik yang monosinaps dan polisinaps adalah stereotype dan spesifik
menurut perangsangan dan responnya, dimana rangsangan tertentu akan menimbulkan
jawaban tertentu pula.
Sistem saraf mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
fungsi-fungsi jaringan lain dalam tubuh. Jaringan saraf terdiri atas
macam-macam jenis sel neuron dan sel glia yang berasal dari neuroepitel
embrional. Sistem saraf sebenarnya dua sistem yang struktur dan fungsi saling
berhubungan. Sistem saraf pusat (SSP) yang mencakup otak dan medula spinalis,
dan sistem saraf tepi (SST), yang mencakup saraf dan ganglion yang terbesar
diseluruh bagian tepi tubuh. Neuron merupakan dasar unsur sel sistem saraf.
Struktur neuron sangat bervariasi. Sel glia seperti glia seperti astrosit dan
sel Schwann, melakukan fungsi tambahan yang tidak berkaitan dengan komunikasi.
Sinapsis adalah tempat hubungan anatomik dan fungsional antarneuron ( Johnson,
Kurt E. , 1994: 215).
Lintasan
impuls saraf dari reseptor sampai efektor disebut lengkung refleks. Apabila
suatu saraf diberi rangsangan , maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah
energi rangsangan menjadi energi elektrokimia impuls saraf yang akan
dirambatkan sepanjang serabut saraf. Rambatan impuls saraf ini tidak dapat
diamati dengan mata seperti kontraksi otot (Nukmal, Nismah, 2012 :14). Saraf
spinal timbul dari saraf tunjang sebagai sebuah akar dorsal dan akar ventral
yang kemudian bersatu membangun saraf spinal.Pada akar dorsal terdapat ganglion
spinal dan akar dorsal ini terutama sensoris., sedangkan akar ventral motoris.
Tidak jauh sesudah munculnya kanalis vertebralis, setiap saraf spinal
sekurang-kurangnya akan pecah menjadi dua cabang. Sebuah ramus dorsal mensuplai
otot epaksial dan kulit punggung. Sistem saraf otonom merupakan bagian dari
sistem saraf periferi yang mengontrol aktivitas lingkungan dalam yang biasanya
involuntary, seperti denyutan jantung, gerakan peristaltik dan berkeringat.
Dibangun oleh neuron motoris yang menuju otot polos di organ-organ interna.
Sistem saraf otonom terdiri atas neuron preganglionik yang meninggalkan sistem
saraf pusat melalui akar ventral dari saraf segmental sebelum mengadakan
sinapsis dengan neuron postganglionik yang menuju ke efektornya. Terdapat 2
bagian dari sistem saraf otonom yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis (Nurcahyani,Nuning, 2005 : 62-66).
Sel saraf
bekerja dengan cara menimbulkan dan menjalarkan impuls (potensial aksi). Impuls
dapat menjalar pada sebuah sel saraf, tetapi juga dapat menjalar ke sel lain
dengan melintasi sinaps. Penjalaran impuls melintasi sinaps dapat terjadi
dengan cara transmisi elektrik atau transmisi kimiawi (dengan bantuan
neurotransmitter) (Isnaeni, 2006: h. 82). Komunikasi antara satu neuron dengan
neuron lainnya atau dengan otot dan kelenjar melalui proses transmisi sinaptik.
Pada transmisi sinptik terjadi sinaps (hubungan) dimana akson dari suatu neuron
sel presinaps akan berhubungan dengan dendrit, akson, atau badan sel neuron
postsinaps. Terdapat dua jenis transmisi sinaptik: transmisi sinaptik elektrik
dan transmisi sinaptik kimiawi (Halwatiah, 2009: h. 29).
Menurut
(Pratama, 2012) berdasarkan fungsinya sistem saraf dapat dibedakan atas tiga
jenis :
1) Sel saraf sensorik adalah sel saraf yang membawa
impuls berupa rangsangan dari reseptor (penerima rangsang), ke sistem saraf
pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Sel saraf sensorik disebut dengan sel
saraf indera, karena berhubungan dengan alat indera.
2) Sel saraf motorik adalah sel saraf yang membawa impuls
berupa tanggapan dari susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang)
menuju ke atau kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga dengan sel saraf
penggerak karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak.
Refleks
adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat
otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu. Respon
tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron,
membentuk suatu busur refleks. Dua neutron aferen, sensoris, atau
reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau efektor. Umumnya satu atau lebih
neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan neuron
efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan sistem
saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu
refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks
pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut
terentang. Kenyataan bahwa aksi refleks ini tidak memerlukan kontrol
kesadaran dapatlah ditunjukkan dengan seekor hewan, misalnya katak, yang
otaknya telah diambil dengan cara memotong korda spinalis. Seekor hewan yang
telah diputuskan kolumna spinalisnya disebut hewan spinal, karena semua
aktivitas arah kandal dari lokasi pemotongan itu pastilah hanya karena korda
spinalisnya, tidak lagi ada hubungan dengan otak. Katak amatlah berguna untuk
mendemostrasikan refleks spinal karena periode shock spinal yang menghilangkan
aktivitas refleks dan membuat katak menjadi lumpuh, berlangsung hanya dalam
beberapa menit saja. Setelah pulih dari shock spinal, hewan akan menarik sebuah
kakinya apabila diberi stimulus seperti misalnya rangsangan listrik atau diberi
sedikit asam lemah (Frandson, 1992 :158 ).
Sel saraf
penghubung disebut juga dengan sel saraf konektor. Hal ini disebabkan karena
fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensoris ke sel saraf ke
sel saraRefleks terjadi lewat suatu lintasan tertentu disebut lengkung refleks,
dengan komponen reseptor, neuron sensorik, neuron penghubung (di dalam otak dan
medulla spinalis), neuron motorik dan efektor. Sebagian besar merupakan refleks
yang rumit, melibatkan lebih dari satu neuron penghubung (Tim Dosen, 2012: h.
8).
Menurut (Hala, 2007: h. 88)
fungsi utama sistem saraf adalah :
1. Untuk mendeteksi, menganalisa, menggunakan, dan
menghantarkan semua informasi yang ditimbulkan oleh rangsang sensoris (seperti
panas dan cahaya) dan perubahan mekanis dan kimia yang terjadi di dalam
lingkungan internal dan eksternal.
2. Untuk mengorganisir dan mengatur, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung, sebagian terbesar fungsi tubuh, terutama
kegiatan motoris, visceral, endokrin dan mentalf motorik.
Pada
tingkat yang paling sederhana, organisasi sistem saraf hanya tersusun atas
sebuah neuron dengan dendrit dan akson.Meskipun masih sangat sederhana, dengan
susunan sistem saraf yang demikian ternyata hewan mampu menanggapi berbagai
perubahan di lingkungannya (Isnaeni, 2006: h. 78). Neuron tersusun dalam
sirkuit yang terdiri dari dua atau atau lebih jenis fungsional. Sirkuit neuron
yang paling sederhana hanya melibatkan sinapsis antara dua jenis neuron, neuron
sensoris dan neuron motoris. Masing-masing neuron sensoris mengirimkan sinyal
dari reseptor sensoris ke neuron motoris, yang selanjutnya mengirimkan sinyal
ke efektor. Hasilnya seringkali adalah suatu respons otomatis yang sederhana,
yang disebut refleks (Campbell, 2004: h. 202).
Gerak
refleks merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan
lingkungan interna maupun eksterna. Refleks dikendalikan oleh sistem saraf
yaitu otak (disebut refleks kranial) atau medula spinalis (disebut refleks
spinal) lewat saraf motorik kranial dan spinal. Saraf kranial dan saraf spinal
dapat berupa saraf somatik yang mengendalikan refleks otot kerangka atau saraf
otonom yang mengendalikan refleks otot plos, jantung dan kelenjar. Meskipun
refleks spinal dapat terjadi tanpa keterlibatan otak, tetapi otak seringkali
memberikan pertimbangan dalam refleks spinal. Refleks adalah suatu respon organ
efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar,
terhadap suatu stimulus tertentu. Respon tersebut melibatkan suatu rantai
yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron, membentuk suatu busur
refleks. Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen,
motoris , atau efektor. Umumnya satu atau lebih neuron penghubung (interneuron)
terletak di antara neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat
melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling
sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks
rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu
tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut terentang.
Pada
dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas, artinya sel dapat menanggapi
(merespon) rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat
menonjol pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila
padanya diberi rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang
ditunjukkan oleh sel otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang
pada sel saraf tidak dapat diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial
aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya
dapat diamati pada efektornya.
E.
Data hasil pengamatan
Kegiatan
– I
Pada
kegiatan I disajikan dalam table berikut ini :
Jenis Rangsang
|
Tanggapan yang diberikan
katak normal
|
Tanggapan yang diberikan
berikan perlakuan (didekapitasi)
|
a
|
Mata
mengedip dan membuka menjadi bulat serta membrane niktitans nya dapat
terlihat
|
Mata
mengedip dan membuka menjadi bulat serta membrane niktitans nya dapat
terlihat
|
b
|
Nares eksternanya
mengembang
dan mengempis
|
Nares
eksternnya mengembang
dan mengempis
|
c
|
Punggungnya
mengembang dan mengempis
|
Punggungnya
mengembang dan mengempis
|
d
|
Bergerak dan tidak terdengar bunyi
(tidak ada bunyi)
|
Bergerak dan terdengar bunyi (terdapat
bunyi)
|
e
|
Kakinya
bergerak (reflex terkejut)
|
Kakinya
bergerak (reflex terkejut)
|
f
|
Bergerak
dan meronta ronta, memberikan respon yang cepat
|
Bergerak
lebih cepat dan meronta ronta (respponnya cepat)
|
g
|
Bergerak
dan berenang dengan cepat (cukup lincah)
|
Bergerak
dan berenang dengan lambat
|
h
|
Katak
dapat mempertahankan posisinya dan berusaha untuk membalikkan tubuhnya
|
Katak
tidak dapat membalikkan tubuhnya hanya bergerak-gerak saja
|
i
|
Katak
mempertahankan posisinya
|
Katak
mempertahankan posisinya
|
j
|
Pada
saat katak digantung terjadi respon dengan gerakan tangan yang bergerak
|
|
H2SO4 1
%
|
Merespon
dengan adanya gerakan pada kedua kaki, tapi sedikit (kurang begitu respon)
|
Kedua
kaki merespon cukup baik, yaitu dengan bergerak-gerak.
|
H2SO4 3
%
|
Respon
yang timbul berupa gerakan kaki yang lebih lambat
|
Respon
yang timbul berupa gerakan kaki yang lambat
|
H2SO4 5
%
|
Merespon
cukup lambat dan dengan kaki yang bergerak pelan
|
Respon
lambat yang timbul berupa gerakan kaki
yang pelan
|
k
|
Kulit
katak melepuh dan katak terlihat kepanasan (responnya)
|
Seluruh
badan katak bergetar dan terlihat kepanasan
|
l
|
Tidak
merespon
|
Tidak
merespon
|
Kegiatan – II
Data hasil
penelitian disajikan dalam bentuk table berikut ini :
No
|
Nama
|
Respon gerakan kaki
|
Respon gerakan tangan
|
1.
|
Wawan
Kurniawan
|
Kaki
menendang
|
Tangan
bergerak
|
2.
|
Novi
Nurul A
|
Kaki
menendang
|
Tangan
bergerak
|
3.
|
Mahisa
Rani
|
Kaki
menendang
|
Tangan
bergerak
|
4.
|
Euis
Hanunah
|
Kaki
menendang
|
Tangan
bergerak
|
F. Pembahasan
Setelah
melakukan praktikum maka dapat dilihat bahwa saraf pusat sebagai
pengendali refleks dilakukan praktikum mengenai refleks pada manusia.
Berdasarkan praktikum didapat hasil yaitu pada posisi duduk dan kaki menyilang
di ketuk dengan hammer, sedang. Pada posisi duduk memegang jari-jarinya di
depan dada dan kedua tangannya saling mendorong di ketuk dengan hammer, lemah.
Melakukan lari-lari kecil kemudian duduk dan di ketuk menggunakan hammer,
sedang. Berdasarkan hal tersebut, yang paling cepat beraksi adalah saat pada
posisi duduk dan kaki menyilang dan melakukan lari-lari kecil kemudian duduk.
Pada
praktikum sistem saraf pusat dan otonom, hasil yang didapatkan adalah pada
katak normal, sikap badannya kuat, gerakan – gerakan spontan kuat, keseimbangan
kuat, kemampuan berenang kuat, frekuensi nafas kuat, dan frekuansi jantung
kuat, 118 per menit. Pada katak decerbrasi, sikap badannya sedang, gerakan –
gerakan spontan sedang, keseimbangan sedang, kemampuan berenang sedang,
frekuensi nafas sedang, dan frekuansi jantung sedang, 108 per menit. Pada katak
spinal, sikap badannya lemah, gerakan – gerakan spontan lemah, keseimbangan
lemah, kemampuan berenang lemah, frekuensi nafas lemah, dan frekuansi jantung
lemah, 28 per menit. Pada katak didekapitasi, yang ditusuk adalah bagian
anterior dari otak yang menghubungkan membran timpani. Yang dirusak adalah
bagian cerebrum (otak besar). Katak spinal merupakan katak dengan kondisi otak
yang rusak tetapi respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon
stimulus sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah
mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan kawat atau jarum pada saat
praktikum.
Penurunan
reaksi katak karena koordinasi yang tidak baik lagi antara sel-sel saraf nya
akibat penusukan . Pada kondisi katak normal, katak memberikan respon sangat
kuat karena katak masih memiliki sistem saraf pusat yang normal sehingga
penyampaian impuls tidak terganggu.
Refleks
adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat
otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu. Respon tersebut
melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron,
membentuk suatu busur refleks. Dua neutron aferen, sensoris, atau
reseptor, dan neuron eferen, motoris, atau efektor. Umumnya satu atau lebih
neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan neuron
efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan sistem
saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu
refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks
pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut
terentang. Apabila tempurung lutut tiba-tiba membengkok , gerakan ini akan
merentangkan otot quadriseps sehingga melahirkan refleks yang menyebabkan
quadriseps berkontraksi. Akibatnya terjadi perentangan lutut.
Kegiatan
1
1. Pada
katak yang telah didekapitasi apakah masih sanggup merespon setiap rangsangan
yang diberikan? Jelaskan jawab anda!
Jawaban
: Masih sanggup, meskipun step by step dari respon tersebut sangat lambat
sekali. Mulai dari bergerak pelan, tetap berusaha meskipun tidak sampai
membalikkan badan, dsb. Namun, pada saat proses sumasi zat-zat kimia dilakukan,
pada saat dimasukkan dalam larutan terlemah terjadi respon yang sangat cepat,
kakinya mengankat ke atas. Pada saat dimasukkan dalam larutan 3% juga terjadi
respon meskipun agak melambat. Dan terakhir pada saat dimasukkan dalam larutan
5% tidak terjadi respon sedikitpun.
2. Apakah
yang dimaksud dengan reflex? Jelaskan bagaimana mekanismenya!
Jawaban
: Refleks adalah gerakan
yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah adanya rangsang. Pada manusia gerak refleks terjadi
melalui [reflex arc], namun refleks-refleks ini sangat penting artinya
di dalam mendiagnosis dan melokalisasi lesi neurologi.
Kegiatan
II
3. Pada
katak yang telah didekapitasi, apakah masih sanggup setiap rangsang yang
diberikan?
Jawaban
: Ya, masih sanggup, meskipun step by step dari respon tersebut sangat lambat
sekali. Mulai dari bergerak pelan, tetap berusaha meskipun tidak sampai
membalikkan badan, dsb. Namun, pada saat proses sumasi zat-zat kimia dilakukan,
pada saat dimasukkan dalam larutan terlemah terjadi respon yang sangat cepat,
kakinya mengankat ke atas. Pada saat dimasukkan dalam larutan 3% juga terjadi
respon meskipun agak melambat. Dan terakhir pada saat dimasukkan dalam larutan
5% tidak terjadi respon sedikitpun.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari praktukum yang kami
laksanakan maka ditarik kesimpulan bahwa :
·
Katak normal menunjukan reaksi yang normal terhadap semua
perlakuan atau rangsangan .
·
Terjadi pengurangan reaksi respon terhadap katak yang di
dekapitasi.Akan tetapi katak yang di dekapitasi masih dapat memberikan respon
hal ini disebabkan karena jantung katak bersifat neurogenic sehingga katak
masih mampu memberikan respon
·
Apabila katak diberikan rangsangan berupa cubitan, katak akan
melakukan gerak reflex yang berlawanan dengan arah rangsangan.
·
Beberapa aksi dalam sistem saraf sensorik adalah berupa gerak
refleks, yaitu gerakan spontan yang berlangsung secara otomatis sebagai
tanggapan terhadap rangsangan. Gerak refleks ini terjadi sangat cepat, tanpa
melalui pertimbangan otak. Pada gerak refleks, impuls saraf bergerak dari
reseptor sensori di sepanjang serat saraf sensori menuju akar dorsal pada
sumsum tulang belakang. Di dalam sumsum tulang belakang, pesan yang dibawa sel
saraf sensori disampaikan ke sejumlah sel saraf asosiasi. Beberapa sel saraf
asosiasi membentuk sinapsis dengan sel saraf motor yang terdapat pada akar
ventral sehingga pesan mengalir disepanjang serat saraf motor menuju efektor
(otot). Selanjutnya otot berkontraksi sebagai respon terhadap rangsangan.
·
Refleks sentakan lutut merupakan respons sederhana.
Satu ketukan pada lutut akan menyebabkan tarikan pada tendon yang
berkaitan dengan otot paha (otot kuadrisep). Akibatnya, kaki bagian bawah
ikut tertarik. Reseptor regangan yang merupakan reseptor sensorik
menerima tarikan itu. Kemudian, reseptor sensorik mengirimkan informasi ke
sinapsis dengan neuron motorik pada sumsum tulang belakang. Selanjutnya,
neuron motorik mengirimkan impuls / sinyal menuju otot kuadrisep
untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan kaki bagian bawah
tersentak ke arah depan.
DAFTAR PUSTAKA
Mahfiroh, Ida. (2013). Laporan
Praktikum Fisiologi Hewan. (Online). Diakses pada 23 Januari. Pukul 12.30
WIB. http://iddamahfiroh.blogspot.com/.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi
Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi
Invertebrata (Teori dan Praktik). Cetakan pertama. ALFABETA : Bandung.
Soewolo, dkk. 1994. Fisioloi Hewan.
UT : Jakarta.
Wulangi. S. Kartolo. Prinsip-prinsip
Fisiologi Hewan. Depdikbud : Bandung.
LAMPIRAN