Kamis, 24 Januari 2019

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM SARAF PADA KATAK


LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

(LAPORAN KULIAH LAPANGAN)



diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah “Fisiologi Hewan” yang diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.



Kelompok: 1 (Satu)

Wawan Kurniawan      (16543026)
Novi Nurul Awaliyah (16543012)
Euis Hanunah              (16543022)
Mahisa Rani                (16543025)





















LABORATORIUM BIOLOGI                                                                     PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI                                           FAKULTAS ILMU TERAPAN DAN SAINS                                              INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA                                                           GARUT
Menjelaskan reaksi yang terjadi
 
                                                                                                                        2019

SISTEM SARAF PADA KATAK SAWAH (Rana cancrivora)

(Laboratorium Fisiologi Hewan UPI – Bandung, 17 Januari 2019)



A.  Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari reflex normal dan spinal pada katak sawah (Rana cancrivora) dan Untuk mempelajari reflex tendfon pada manusia.

B.  Alat dan bahan



§  Alat yang digunakan pada praktikum kali ini sebagai berikut :

·         Akuarium

·         Bak bedah

·         Statif

·         Rantai penggantung

·         Sonde/ pengaduk gelas

·         Gunting bedah

·         Beaker gelas

·         Tespek

§  Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini sebagai berikut :

·         Katak sawah (Rana cancrivora)     (2 ekor)

·         Lartan HNO3 encer

·         Larutan HNO3 pekat

·         Larutan H2SO4 1%, 2%, 3%

·         Larutan fisiologis (NaCl 0,6%)



C.  Langkah kerja

Adapun langkah kerja dari praktikum ini adalah :

1)         Kegiatan I

1.      Katak Normal

a.       Memegang katak yang masih hidup dengan tangan kiri dan menggenggam kedua kaki belakangnya, kemudian dekatkan gelas pengaduk atau sonde pada daerah mata katak tersebut. Amati reflex yang terjadi.

b.      Menyentuh nares eksterna pada katak tersebut dan perhatikan gerakan nares eskterna tersebut.

c.       Mengusap bagian tenggorokan sampai bagian perut dan perhatikan gerakan anggota badan anterior.

d.      Menggores / menyentuh bagian lateral atau dorsal tubuh katak, apakah katak tersebut berbunyi atau tidak.

e.       Memegang kedua kaki depannya dan membiarkan kedua kaki belakang bebas, kemudian goreskan gelas pengaduk yang telah dicelupkan ke dalam HNO3 encer pada punggungya. Amati apa yang terjadi.

f.        Melakukan sumasi rangsang kimia seperti pada katak yang telah mengalami dekapitasi.



     2.   Katak yang telah didekapitasi

a.       Memasukkan gunting bedah ke dalam mulut katak dan angkat kepalanya.

b.      Menggunting di bawah membrane timpani.

c.       Meutup ujung potongan tersebut dengan kapas dan menggantung katak tersebut pada statif dengan mengkait rahang bawahnya.

d.      Menetesi dengan larutan fisiologis agar kesadarannya pulih kembali.

Setelah katak siuman kerjakan hal – hal tersebut :

a.       Memasukkan katak tersebut ke dalam akuarium, perhatikan gerakannya.

b.      Menterlentangkan katak pada bak bedah, perhatikan apakah katak berusaha untuk membalikkan badannya atau tidak.

c.       Meletakkan katak tadi pada bidang miring mengarah ke bawah bidang tersebut, perhatikan gerakannya.

d.      Menggantung katak tersebut pada bagian rahang bawahnya.

e.       Melakukan sumasi dengan rangsang zat-zat kimia seperti berikut :

·         Menyediakan tiga gelas beaker yang masing-masing berisi larutan H2SO4 1%, 3%, 5%.

·         Mencelupkan ujung jari katak pada larutan yang terlemah, ulangi beberapa kali sampai terjadi respon.

·         Mencelupkan ujung jari kaki katak tersebut pada larutan yang lebih kuat. Perhatikan sebelum dicelupkan, jari katak harus dicuci terlebih dahulu.

·         Menyentuh jari katak belakang dan jari kaki depan dengan benda        panas, perhatikan reaksinya.

·         Menyentuh pula bagian ventral/perutnya dengan benda panas, bagaimana reaksinya?

2)         Kegiatan II

1.      Mintalah teman anda untuk duduk pada kursi dan biarkan salah satu kakinya dalam keadaan bebas. Pukullah ligamentum pattelanya (dibawah tempurung lutut) dengan palu atau alat pemukul lainnya. Perhatikan gerakan kaki tersebut.



D.  Landasan Teori

            Tiap bagian susunan saraf pusat mempunyai fungsi tertentu. Dengan sifat merangsang (fasilitas) atau menghambat (inhibisi) bagian-bagian tersebut. Apabila suatu bagian tubuh dirangsang, maka bukan bagian itu saja yang bereaksi terhadap rangsangan tersebut, tetapi dapat juga bagian-bagian tubuh yang lain. Hal ini terjadi karena bila suatu reseptor dirangsang cukup kuat, maka rangsangan tersebut diteruskan melalui saraf aferen berpusat. Dipusat, rangsangan tersebut diteruskan melalui bberapa saraf asesoris menuju ke beberapa saraf eferen dan lebih dari satu efektor. Jadi apabila saraf aferen terangsang, efektor-efektor tersebut akan serempak bereaksi.

            Unit dasar aktivitas integrative saraf adalah busur reflex. Busur ini terdiri dari organ sensorik, reseptor neuron aferen, satu sinap atau lebih pada integrase sentral, neuron aferen dan efektor. Pada mammalia dan manusia, hubungan neuron aferen dan eferen saraf somatic adalah dalam otak atau medulla spinalis.

            Neuron aferen masuk melalui radiks dorsal atau saraf-saraf kranial dan badan selnya terletak pada ganglion yang sejenis dari saraf kranial. Serabut eferen meninggalkan rangsang melalui radiks ventral atau saraf motoric kranial yang sejenis. Didapatkan dua macam reflex yaitu :

a.       Reflex monosinaps : dimana hanya terdapat satu sinaps antara serabut aferen dan eferen (contoh : reflex pada bagian patella atau reflels achilles)

b.      Reflex polisinaps yang mempunyai busur reflex dengan lebih dari satu interneuron diantara neuron aferen dan eferen (contoh : reflex pada kornea mata).

Aktivitas reflex baik yang monosinaps dan polisinaps adalah stereotype dan spesifik menurut perangsangan dan responnya, dimana rangsangan tertentu akan menimbulkan jawaban tertentu pula.

Sistem saraf mengintegrasikan dan mengkoordinasikan fungsi-fungsi jaringan lain dalam tubuh. Jaringan saraf terdiri atas macam-macam jenis sel neuron dan sel glia yang berasal dari neuroepitel embrional. Sistem saraf sebenarnya dua sistem yang struktur dan fungsi saling berhubungan. Sistem saraf pusat (SSP) yang mencakup otak dan medula spinalis, dan sistem saraf tepi (SST), yang mencakup saraf dan ganglion yang terbesar diseluruh bagian tepi tubuh. Neuron merupakan dasar unsur sel sistem saraf. Struktur neuron sangat bervariasi. Sel glia seperti glia seperti astrosit dan sel Schwann, melakukan fungsi tambahan yang tidak berkaitan dengan komunikasi. Sinapsis adalah tempat hubungan anatomik dan fungsional antarneuron ( Johnson, Kurt E. , 1994: 215).

Lintasan impuls saraf dari reseptor sampai efektor disebut lengkung refleks. Apabila suatu saraf diberi rangsangan , maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah energi rangsangan menjadi energi elektrokimia  impuls saraf yang akan dirambatkan sepanjang serabut saraf. Rambatan impuls saraf ini tidak dapat diamati dengan mata seperti kontraksi otot (Nukmal, Nismah, 2012 :14). Saraf spinal timbul dari saraf tunjang sebagai sebuah akar dorsal dan akar ventral yang kemudian bersatu membangun saraf spinal.Pada akar dorsal terdapat ganglion spinal dan akar dorsal ini terutama sensoris., sedangkan akar ventral motoris. Tidak jauh sesudah munculnya kanalis vertebralis, setiap saraf spinal sekurang-kurangnya akan pecah menjadi dua cabang. Sebuah ramus dorsal mensuplai otot epaksial dan kulit punggung. Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf periferi yang mengontrol aktivitas lingkungan dalam yang biasanya involuntary, seperti denyutan jantung, gerakan peristaltik dan berkeringat. Dibangun oleh neuron motoris yang menuju otot polos di organ-organ interna. Sistem saraf otonom terdiri atas neuron preganglionik yang meninggalkan sistem saraf pusat melalui akar ventral dari saraf segmental sebelum mengadakan sinapsis dengan neuron postganglionik yang menuju ke efektornya. Terdapat 2 bagian dari sistem saraf otonom yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis (Nurcahyani,Nuning,  2005 : 62-66).

Sel saraf bekerja dengan cara menimbulkan dan menjalarkan impuls (potensial aksi). Impuls dapat menjalar pada sebuah sel saraf, tetapi juga dapat menjalar ke sel lain dengan melintasi sinaps. Penjalaran impuls melintasi sinaps dapat terjadi dengan cara transmisi elektrik atau transmisi kimiawi (dengan bantuan neurotransmitter) (Isnaeni, 2006: h. 82). Komunikasi antara satu neuron dengan neuron lainnya atau dengan otot dan kelenjar melalui proses transmisi sinaptik. Pada transmisi sinptik terjadi sinaps (hubungan) dimana akson dari suatu neuron sel presinaps akan berhubungan dengan dendrit, akson, atau badan sel neuron postsinaps. Terdapat dua jenis transmisi sinaptik: transmisi sinaptik elektrik dan transmisi sinaptik kimiawi (Halwatiah, 2009: h. 29).

Menurut (Pratama, 2012) berdasarkan fungsinya sistem saraf dapat dibedakan atas tiga jenis :

1)    Sel saraf sensorik adalah sel saraf yang membawa impuls berupa rangsangan dari reseptor (penerima rangsang), ke sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Sel saraf sensorik disebut dengan sel saraf indera, karena berhubungan dengan alat indera.

2)   Sel saraf motorik adalah sel saraf yang membawa impuls berupa tanggapan dari susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju ke atau kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga dengan sel saraf penggerak karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak.

Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu.  Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron, membentuk suatu busur refleks.  Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau efektor. Umumnya satu atau lebih neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut terentang. Kenyataan bahwa aksi refleks ini tidak memerlukan kontrol kesadaran dapatlah ditunjukkan dengan seekor hewan, misalnya katak, yang otaknya telah diambil dengan cara memotong korda spinalis. Seekor hewan yang telah diputuskan kolumna spinalisnya disebut hewan spinal, karena semua aktivitas arah kandal dari lokasi pemotongan itu pastilah hanya karena korda spinalisnya, tidak lagi ada hubungan dengan otak. Katak amatlah berguna untuk mendemostrasikan refleks spinal karena periode shock spinal yang menghilangkan aktivitas refleks dan membuat katak menjadi lumpuh, berlangsung hanya dalam beberapa menit saja. Setelah pulih dari shock spinal, hewan akan menarik sebuah kakinya apabila diberi stimulus seperti misalnya rangsangan listrik atau diberi sedikit asam lemah (Frandson, 1992 :158 ).

Sel saraf penghubung disebut juga dengan sel saraf konektor. Hal ini disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensoris ke sel saraf  ke sel saraRefleks terjadi lewat suatu lintasan tertentu disebut lengkung refleks, dengan komponen reseptor, neuron sensorik, neuron penghubung (di dalam otak dan medulla spinalis), neuron motorik dan efektor. Sebagian besar merupakan refleks yang rumit, melibatkan lebih dari satu neuron penghubung (Tim Dosen, 2012: h. 8).

Menurut (Hala, 2007: h. 88) fungsi utama sistem saraf adalah :

1.   Untuk mendeteksi, menganalisa, menggunakan, dan menghantarkan semua informasi yang ditimbulkan oleh rangsang sensoris (seperti panas dan cahaya) dan perubahan mekanis dan kimia yang terjadi di dalam lingkungan internal dan eksternal.

2.   Untuk mengorganisir dan mengatur, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian terbesar fungsi tubuh, terutama kegiatan motoris, visceral, endokrin dan mentalf motorik.

Pada tingkat yang paling sederhana, organisasi sistem saraf hanya tersusun atas sebuah neuron dengan dendrit dan akson.Meskipun masih sangat sederhana, dengan susunan sistem saraf yang demikian ternyata hewan mampu menanggapi berbagai perubahan di lingkungannya (Isnaeni, 2006: h. 78). Neuron tersusun dalam sirkuit yang terdiri dari dua atau atau lebih jenis fungsional. Sirkuit neuron yang paling sederhana hanya melibatkan sinapsis antara dua jenis neuron, neuron sensoris dan neuron motoris. Masing-masing neuron sensoris mengirimkan sinyal dari reseptor sensoris ke neuron motoris, yang selanjutnya mengirimkan sinyal ke efektor. Hasilnya seringkali adalah suatu respons otomatis yang sederhana, yang disebut refleks (Campbell, 2004: h. 202).

Gerak refleks merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan lingkungan interna maupun eksterna. Refleks dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak (disebut refleks kranial) atau medula spinalis (disebut refleks spinal) lewat saraf motorik kranial dan spinal. Saraf kranial dan saraf spinal dapat berupa saraf somatik yang mengendalikan refleks otot kerangka atau saraf otonom yang mengendalikan refleks otot plos, jantung dan kelenjar. Meskipun refleks spinal dapat terjadi tanpa keterlibatan otak, tetapi otak seringkali memberikan pertimbangan dalam refleks spinal. Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu.  Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron, membentuk suatu busur refleks.  Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau efektor. Umumnya satu atau lebih neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut terentang.

Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas, artinya sel dapat menanggapi (merespon) rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya diberi rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya.



E.  Data hasil pengamatan

Kegiatan – I

Pada kegiatan I disajikan dalam table berikut ini :

Jenis Rangsang
Tanggapan yang diberikan katak normal
Tanggapan yang diberikan berikan perlakuan (didekapitasi)
a
Mata mengedip dan membuka menjadi bulat serta membrane niktitans nya dapat terlihat
Mata mengedip dan membuka menjadi bulat serta membrane niktitans nya dapat terlihat
b
Nares eksternanya mengembang dan mengempis
Nares eksternnya  mengembang dan mengempis
c
Punggungnya mengembang dan mengempis
Punggungnya mengembang dan mengempis
d
Bergerak dan tidak terdengar bunyi (tidak ada bunyi)
Bergerak dan terdengar bunyi (terdapat bunyi)
e
Kakinya bergerak (reflex terkejut)
Kakinya bergerak (reflex terkejut)
f
Bergerak dan meronta ronta, memberikan respon yang cepat
Bergerak lebih cepat dan meronta ronta (respponnya cepat)
g
Bergerak dan berenang dengan cepat (cukup lincah)
Bergerak dan berenang dengan lambat
h
Katak dapat mempertahankan posisinya dan berusaha untuk membalikkan tubuhnya
Katak tidak dapat membalikkan tubuhnya hanya bergerak-gerak saja
i
Katak mempertahankan posisinya
Katak mempertahankan posisinya
j
Pada saat katak digantung terjadi respon dengan gerakan tangan yang bergerak
H2SO4 1 %
Merespon dengan adanya gerakan pada kedua kaki, tapi sedikit (kurang begitu respon)
Kedua kaki merespon cukup baik, yaitu dengan bergerak-gerak.
H2SO4 3 %
Respon yang timbul berupa gerakan kaki yang lebih lambat
Respon yang timbul berupa gerakan kaki yang lambat
H2SO4 5 %
Merespon cukup lambat dan dengan kaki yang bergerak pelan
Respon lambat  yang timbul berupa gerakan kaki yang pelan
k
Kulit katak melepuh dan katak terlihat kepanasan (responnya)
Seluruh badan katak bergetar dan terlihat kepanasan
l
Tidak merespon
Tidak merespon



Kegiatan – II

Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk table berikut ini :

No
Nama
Respon gerakan kaki
Respon gerakan tangan
1.
Wawan Kurniawan
Kaki menendang
Tangan bergerak
2.
Novi Nurul A
Kaki menendang
Tangan bergerak
3.
Mahisa Rani
Kaki menendang
Tangan bergerak
4.
Euis Hanunah
Kaki menendang
Tangan bergerak



F.   Pembahasan



Setelah melakukan  praktikum maka dapat dilihat bahwa saraf pusat sebagai pengendali refleks dilakukan praktikum mengenai refleks pada manusia. Berdasarkan praktikum didapat hasil yaitu pada posisi duduk dan kaki menyilang di ketuk dengan hammer, sedang. Pada posisi duduk memegang jari-jarinya di depan dada dan kedua tangannya saling mendorong di ketuk dengan hammer, lemah. Melakukan lari-lari kecil kemudian duduk dan di ketuk menggunakan hammer, sedang. Berdasarkan hal tersebut, yang paling cepat beraksi adalah saat pada posisi duduk dan kaki menyilang dan melakukan lari-lari kecil kemudian duduk.

Pada praktikum sistem saraf pusat dan otonom, hasil yang didapatkan adalah pada katak normal, sikap badannya kuat, gerakan – gerakan spontan kuat, keseimbangan kuat, kemampuan berenang kuat, frekuensi nafas kuat, dan frekuansi jantung kuat, 118 per menit. Pada katak decerbrasi, sikap badannya sedang, gerakan – gerakan spontan sedang, keseimbangan sedang, kemampuan berenang sedang, frekuensi nafas sedang, dan frekuansi jantung sedang, 108 per menit. Pada katak spinal, sikap badannya lemah, gerakan – gerakan spontan lemah, keseimbangan lemah, kemampuan berenang lemah, frekuensi nafas lemah, dan frekuansi jantung lemah, 28 per menit. Pada katak didekapitasi, yang ditusuk adalah bagian anterior dari otak yang menghubungkan membran timpani. Yang dirusak adalah bagian cerebrum (otak besar). Katak spinal merupakan katak dengan kondisi otak yang rusak tetapi respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan kawat atau jarum pada saat praktikum.

Penurunan reaksi katak karena koordinasi yang tidak baik lagi antara sel-sel saraf nya akibat penusukan . Pada kondisi katak normal, katak memberikan respon sangat kuat karena katak masih memiliki sistem saraf pusat yang normal sehingga penyampaian impuls tidak terganggu.

Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu. Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron, membentuk suatu busur refleks.  Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen, motoris, atau efektor. Umumnya satu atau lebih neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut terentang. Apabila tempurung lutut tiba-tiba membengkok , gerakan ini akan merentangkan otot quadriseps sehingga melahirkan refleks yang menyebabkan quadriseps berkontraksi. Akibatnya terjadi perentangan lutut.



Kegiatan 1

1.      Pada katak yang telah didekapitasi apakah masih sanggup merespon setiap rangsangan yang diberikan? Jelaskan jawab anda!

Jawaban : Masih sanggup, meskipun step by step dari respon tersebut sangat lambat sekali. Mulai dari bergerak pelan, tetap berusaha meskipun tidak sampai membalikkan badan, dsb. Namun, pada saat proses sumasi zat-zat kimia dilakukan, pada saat dimasukkan dalam larutan terlemah terjadi respon yang sangat cepat, kakinya mengankat ke atas. Pada saat dimasukkan dalam larutan 3% juga terjadi respon meskipun agak melambat. Dan terakhir pada saat dimasukkan dalam larutan 5% tidak terjadi respon sedikitpun.

2.      Apakah yang dimaksud dengan reflex? Jelaskan bagaimana mekanismenya!

Jawaban : Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah adanya rangsang. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui [reflex arc], namun refleks-refleks ini sangat penting artinya di dalam mendiagnosis dan melokalisasi lesi neurologi.

Kegiatan II

3.      Pada katak yang telah didekapitasi, apakah masih sanggup setiap rangsang yang diberikan?

Jawaban : Ya, masih sanggup, meskipun step by step dari respon tersebut sangat lambat sekali. Mulai dari bergerak pelan, tetap berusaha meskipun tidak sampai membalikkan badan, dsb. Namun, pada saat proses sumasi zat-zat kimia dilakukan, pada saat dimasukkan dalam larutan terlemah terjadi respon yang sangat cepat, kakinya mengankat ke atas. Pada saat dimasukkan dalam larutan 3% juga terjadi respon meskipun agak melambat. Dan terakhir pada saat dimasukkan dalam larutan 5% tidak terjadi respon sedikitpun.









G. KESIMPULAN



Berdasarkan hasil dari praktukum yang kami laksanakan maka ditarik kesimpulan bahwa :

·         Katak normal menunjukan reaksi yang normal terhadap semua perlakuan atau rangsangan .

·         Terjadi pengurangan reaksi respon terhadap katak yang di dekapitasi.Akan tetapi katak yang di dekapitasi masih dapat memberikan respon hal ini disebabkan karena jantung katak bersifat neurogenic sehingga katak masih mampu memberikan respon

·         Apabila katak diberikan rangsangan berupa cubitan, katak akan melakukan gerak reflex yang berlawanan  dengan arah rangsangan.

·         Beberapa aksi dalam sistem saraf sensorik adalah berupa gerak refleks, yaitu gerakan spontan yang berlangsung secara otomatis sebagai tanggapan terhadap rangsangan. Gerak refleks ini terjadi sangat cepat, tanpa melalui pertimbangan otak. Pada gerak refleks, impuls saraf bergerak dari reseptor sensori di sepanjang serat saraf sensori menuju akar dorsal pada sumsum tulang belakang. Di dalam sumsum tulang belakang, pesan yang dibawa sel saraf sensori disampaikan ke sejumlah sel saraf asosiasi. Beberapa sel saraf asosiasi membentuk sinapsis dengan sel saraf motor yang terdapat pada akar ventral sehingga pesan mengalir disepanjang serat saraf motor menuju efektor (otot). Selanjutnya otot berkontraksi sebagai respon terhadap rangsangan.

·         Refleks sentakan lutut  merupakan respons sederhana. Satu ketukan pada lutut akan menyebabkan tarikan pada tendon yang berkaitan dengan otot paha (otot kuadrisep). Akibatnya, kaki bagian bawah ikut tertarik. Reseptor regangan yang merupakan reseptor sensorik menerima tarikan itu. Kemudian, reseptor sensorik mengirimkan informasi ke sinapsis dengan neuron motorik pada sumsum tulang belakang. Selanjutnya, neuron motorik mengirimkan impuls / sinyal menuju otot kuadrisep untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan kaki bagian bawah tersentak ke arah depan.



DAFTAR PUSTAKA



Mahfiroh, Ida. (2013). Laporan Praktikum Fisiologi Hewan. (Online). Diakses pada 23 Januari. Pukul 12.30 WIB. http://iddamahfiroh.blogspot.com/.



Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius



Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Cetakan pertama. ALFABETA : Bandung.



Soewolo, dkk. 1994. Fisioloi Hewan. UT : Jakarta.



Wulangi. S. Kartolo. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Depdikbud : Bandung.



LAMPIRAN