LAPORAN PRAKTIKUM
“EKSKRESI (PEMERIKSAAN
URINE)”
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah
“Fisiologi Hewan” yang diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.
Kelompok: 1 (Satu)
Wawan Kurniawan (16543026)
Novi Nurul Awaliyah (16543012)
Euis Hanunah (16543022)
Mahisa Rani (16543025)
LABORATORIUM BIOLOGI
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS
ILMU TERAPAN DAN SAINS INSTITUT
PENDIDIKAN INDONESIA
GARUT
|
PRAKTIKUM VII
Hari
/ Tanggal : Senin, 07 Januari 2019
A. Judul
Prakikum
Ekskresi (Pemeriksaan
Urine)
B. Tujuan
Praktikum
·
Glukosa dalam urine yaitu
untuk membuktikan ada tidaknya glukosa dalam urine
·
Albumin dalam urine yaitu
untuk membuktikan ada tidaknya albumin dalam urine (Haller‘S Nitric Asid Test)
·
Chlorida dalam urine
yaitu untuk membuktikan ada tidaknya
chlorida dalam urine
·
Ammonia dalam urine yaitu
agar dapat mengenal bau ammonia dan hasil penguraian urea dalam urine
C. Landasan
Teori
Sistem
urinaria terdiri atas ginjal, ureter, kantung kemih, dengan menghasilkan urin
yang merupakan hasil sisa metabolisme.
Ginjal mempertahankan susunan kimia cairan tubuh melalui beberapa proses yaitu
filtrasi plasma darah oleh glomerulus, absorpsi kembali secara selektif zat-zat
seperti garam, air, gula sederhana, asam amino oleh tubulus, dan sekresi
zat-zat oleh tubulus dari darah kedalam lumen tubulus dalam bentuk urin. Proses
sekresi ini mengikutsertakan penahanan kalium, asam urat, amino organic, dan
ion hydrogen yang berfungsi untuk memperbaiki komponen buffer darah dan
mengeluarkan zat-zat yang mungkin terjadi.
Setiap
harinya ginjal manusia bekerja menyaring darah dan menghasilkan urine. Jumlah
Urine yang dihasilkan setiap manusia berbeda-beda tergantung darijumlah air
yang dikonsumsi, suhu serta tekanan yang dialami seseorang. Dalam kehidupan
sehari-hari kita mengetahui bahwa urin manusia rata-rata berwarna kekuningan
dan sedikit berbau. Nantinya didalam laporan ini akan dijelaskan apa saja yang
terkandung didalam urine manusia.
Sistem
urinaria merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih).
1.
Sistem urinaria
Sistem urinaria terdiri dari:
1)
dua ginjal (ren) yang menghasilkan
urin,
2)
dua ureter yang membawa urin dari
ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih),
3)
satu vesika urinaria (VU), tempat
urin dikumpulkan, dan 4) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
a.
Ginjal (Ren)
Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan
yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukan yang disebut hilus yang
menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter. Sistem urinaria (ginjal)
terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan mengeluarkannya dari tubuh.
Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan homeostatis
(kekonstanan lingkungan internal). Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan
penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, b) mempertahankan suasana
keseimbangan cairan, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari
cairan tubuh, dan d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein
ureum, kreatinin dan amoniak.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut
kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat
gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides
renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang
kecil disebut papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk
konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan
nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi
ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang
masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk
urine nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus
proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
1) Glomerulus
adalah gulungan kapilar yang dikelilingin kapsul epitel berdinding ganda
disebut kapsul bowman. Glomelurus dan kapsul bowman bersama-sama membentuk
sebuah korpuskel ginjal.
2) Tubulus
Kontortus Proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangant berliku. Pada
permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelial kuboid
yang kaya akan mikrovilus dan memperluas area permukaan lumen.
3) Ansa Henle.
Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa henle yang masuk
ke dalam medulla, membentuk lengkungan jepit yang tajam (lekukan), dan membalik
ke atas membentuk tungkai asenden ansa henle.
4) Tubulus
Kontostus Distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk
segmen terakhir nefron.
5) Tubulus dan
Duktus Pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul bersedenden di korteks, maka
tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus
pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul
membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke dalam kaliks mayor.
Dari pelvis ginjal, urine dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih.
b.
Ureter
Ureter
adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang
merentang sempai kandung kemih. Setiap ureter panjangnya antara 25 cm – 30 cm
dan berdiameter 4 mm - 6 mm. saluran ini menyempit di tiga tempat : di titik asal ureter pada pelvis
ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya
dengan kandung kemih.
Batu ginjal
dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat ini, mengakibatkan nyeri dan
disebut kolik ginjal. Dinding ureter terdiri dari tiga lapisan jaringan :
lapisan terluar adalah lapisan fibrosa, di tengah adalah muskularis
longitudinal kea rah dalam dan otot polos sirkular kea rah luar, dan lapisan
terdalam adalah epitelum mukosa yang mengsekresi lapisan mucus pelindung.
Lapisan ottot memiliki aktifitas peristaltic intristik. Gelombang peristaltis
mengalirkan urine dari kandung kemih keluar tubuh.
c.
Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung
urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya di belakang
simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan
mengempis seperti balon karet. Kandung kemih ditopang dalam rongga pelvis dalam
lipatan-lipatan peritoneum dan kondensasi fasia.
2. Tahap
Pembentukan Urine
a.
Filtrasi ( penyaringan): Filtrasi
merupakan proses penyaringan darah yang berlangsung di dalam badan Malpighi
yaitu dari glomerulus ke kapsula bowman, filtrate hasil filtrasi disebut urine primer, dalam urine primer masih terdapat zat yang berguna yaitu :
air, glukosa, dan garam mineral seperti ion natrium (Na+) dan ion
kalsium ( ca 2+ )
- Reabsorpsi ( penyerapan kembali ): Reabsorpsi merupakan proses penyerapan kembali zat dalam urine primer yang masih berguna, filtrate hasil reabsorpsi disebut urine sekunder , ada dua macam reabsorpsi yaitu reabsorpsi obligat dan fakultatif, reabsorpsi obligat berlangsung di dalam tubulus kontortus proksimal hingga tubulus kontortus distal. Reabsorpsi obligat selalu berlangsung pada setiap keadaan dengan volume urine yang sama. Reabsorpsi fakultatif berlangsung di tubulus distal dan tubulus kolektivus, pada kondisi tertentu, reabsorpsi fakultatif dibantu oleh hormone, missal reabsorbsi air dibantu oleh hormone antideuritika (ADH), dan reabsorbsi kalsium dibantu oleh hormone paratiroid (PTH ). Hasil reabsorpsi ini berupa urine sekunder yang komposisinya mengandung air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi member warna dan bau pada urine
- Augmentasi (pengeluaran zat yang tidak berguna): Augmentasi merupakan proses pengeluaran zat yang tidak berguna atau berlebih ke dalam urine. misalnya sekresi ion hydrogen ( H+) Dan ion kalium. Augmentasi berlangsung di dalam tubulus distal. Filtrate hasil augmentasi merupakan urine sesungguhnya, urine sesungguhnya masih dapat direabsorpsi bahkan sampai berada di dalam tubulus pengumpul ( kolektivus ).
Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi urine,
yaitu :
1)
Hormone
antideuritik ( ADH )
2)
Hormon
insulin
3)
Jumlah
air yang diminum
4)
Factor
cuaca
Di dalam urine terkandung bermacam – macam zat, antara lain :
1)
Zat
sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak
2)
Zat
warna empedu yang memberikan warna kuning pada urine
3)
Garam,
terutama garam dapur
4)
Zat
– zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vit C, dan obat – obatan, juga kelebihan
zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh, misalnya hormone.
D. Alat
dan Bahan
·
Alat yang digunakan pada
praktikum kali ini sebagai berikut :
No
|
Nama
Alat
|
Gambar
|
1
|
Tabung Reaksi
|
|
2
|
Bunsen
|
|
3
|
Pipet Tetes
|
|
4
|
Gelas Ukur
|
|
5
|
Penjepit Tabung Reaksi
|
|
6
|
Kertas Label
|
|
7
|
Tisu
|
|
8
|
Korek Api
|
|
9
|
Baki
|
|
10
|
Kamera Hp
|
|
Bahan yang digunakan pada
praktikum kali ini sebagai berikut :
No
|
Nama
Bahan
|
Gambar
|
1
|
Sample
Urine
|
|
2
|
Larutan
Benedict’s
|
|
3
|
Asam
Nitrit Pekat
|
|
4
|
NaOH
10%
|
|
E. Cara
Kerja
1. Glukosa
dalam urine
·
Mendidihkan 5 ml
larutan Benedict’s dalam tabung reaksi
·
Menambahkan 8tetes
urine ke dalam larutan tadi dan dipanaskan lagi selama 1-2 menit kemudian
biarkan larutan tersebut sampai dingin
·
Mengamati adanya
perubahan warna (endapan) yang terjadi, bila : hijau : kadar glukosa 1%, merah:
kadar glukosa 1,5%, orange : kadar glukosa 2%, kuning : kadar glukosa 5%
2. Albumin
dalam urine
·
Memasukan 5 ml asam
nitrit pekat ke dalam tabung reaksi
·
Memiringkan tabung
reaksi kemudian menetesi urine dengan mempergunakan pipet secara perlahan-lahan
sehingga secara perlahan-lahan urine turun melalui sepanjang tabung
·
Bila urine mengandung
albumin maka akan tetlihat adanya cincin berwarna putih yang terdapat pada
daerah kontak urine dan asam nitrit
3. Chlorida
dalam urine
·
Memasukan 5 ml urine ke
dalam tabung reaksi kemudian menetesi dengan larutan NaOH sebanyak beberapa
tetes
·
Mengmati perubahan yang
terjadi, jika ada endapan putih berarti menunjukan adanya chloride radikal
4. Amonia
dalam urine
·
Memasukan 1 ml urine ke
dalam tabung reaksi
·
Memanaskan urine
tersebut dengan lampu spirtus
·
Mencium bau urine
setelah dipanaskan
F. Hasil
Pengamatan
a. Glukosa
dalam urine
Sample urine
|
Larutan yang
digunakan
|
Perubahan warna
setelah dipanaskan
|
keterangan
|
A
|
5
ml larutan benedict & 8 tetes urine
|
|
Dalam
urine tidak terkandung glukosa karna tidak terjadi perubahan warna
|
B
|
5
ml larutan benedict & 8 tetes urine
|
|
Dalam
urine tidak terkandung glukosa karna tidak terjadi perubahan warna
|
b. Albumin
dalam urine
Sampel urine
|
Larutan yang
digunakan
|
Perubahan warna
|
keterangan
|
A
|
5
ml asam nitrit pekat + 8 tetes urine
|
|
Dalam
urine tidak mengandung albumin karena tidak terbentuk cincin putih
|
B
|
5
ml asam nitrit pekat + 8 tetes urine
|
|
Dalam
urine tidak mengandung albumin karena tidak terbentuk cincin putih
|
c. Chlorida
dalam urine
Sampel urine
|
Larutan yang
digunakan
|
Perubahan warna
|
keterangan
|
A
|
Larutan
NaOH dan 5 ml urine
|
|
Dalam
urine mengandung chlorida karena terdapat serbuk putih
|
B
|
Larutan
NaOH dan 5 ml urine
|
|
Dalam
urine mengandung chlorida karena terdapat serbuk putih
|
d. Amonia
dalam urine
Sampel urine
|
Larutan yang
digunakan
|
Perubahan setelah
dipanaskan
|
Keterangan
|
A
|
5
ml urine
|
+++
|
Dalam
uriine terkandung amonia yang menyebabkan bau pesing saat dipanaskan
|
B
|
5
ml urine
|
+++
|
Dalam
uriine terkandung amonia yang menyebabkan bau pesing saat dipanaskan
|
G.
Pembahasan
Urin merupakan cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh, Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting,
karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin.
Urin terdiri dari air dengan bahan
terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi
organik. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui
urinalisis, yaitu suatu metode analisis zat-zat yang dimungkinkan terkandung di
dalam urin.
Dalam praktikum dilakukan berbagai macam uji terhadap urin. Pada
praktikum kali ini di lakukan pengujian pada beberapa sempel urin yaitu: glukosa dalam
urin, kandungan albumin dalam urin, klorida dalam urin, pembuktian adanya
ammonia dalam urin.
1.
Uji
glukosa dalam urin
Untuk melihat adanya glukosa dalam
urin di perlukan 5 ml larutan benedict yang di panaskan sampai mendidih, lalu
di tambahkan 8 tetes sempel urinyang akan di uji, kemudian panaskan kembali 1-2
menit. Apabila tidak berubah warna yang terjadi berarti tidak ada kandungan
glukosa dalam tersebut tetapi apabila berubah warna hijau untuk kandungan
glukosa 1% atau merah untuk kandungan glukosa 1.5 % atau oranye untuk kandungan
glukosa 2 % dan atau kuning untuk kandungan glukosa 5 % maka ada gejala penyakit
diabet pada tubuh atau penyakit diabetes sudah dapat dalam tubuh itu.
Pada
urin setelah dilakukan percobaan dengan menggunakan reagen benedict ternyata memberikan endapan
berwarna. Endapan ini terjadi karena adanya reaksi yang terjadi antara glukosa
dan larutan benedict. Larutan benedict adalah larutan yang dibuat dari campuran kuprisulfat, natrium karbonat dan
natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion C++ kuprisulfat
menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O.
Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat
basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau,
oranye dan kuning.
Pengujian urin ini dilakukan pada urin saudari Euis
Hanunah dan Saudara
Wawan yang berusia 20 tahun. Setelah dilakukannya identifikasi tidak terdapat kandungan glukosa
dalam urinnya, hal ini terlihat dari perubahan warna yang terjadi yaitu warna
biru, dan warna biru itu sendiri merupakan warna asli dari reagen benedcit bukan hasil perubahan warna
hasil reaksi urin dengan reagen benedict. Jadi tidak ada kadar glukosa yang
teridentifikasi, hal ini menunjukkan pada urin Euis Hanunah
dan Wawan bebas dari glukosa.
Tinggi rendahnya kadar glukosa
dalam urine biasanya dipengaruhi oleh banyaknya gula atau glukosa yang
dikonsumsi.
3.
Albumin
dalam urine
Percobaan kedua ialah uji albumin
dalam urin. Albumin merupakan suatu protein yang memiliki ukuran molekulnya
cukup besar. Urine yang mengandung Albumin menandakan bahwa filtrasi yang
dilakukan oleh ginjal tidak sempurna. Indikator adanya Albumin dalam urine
ditandai dengan terdapatnya cincin putih diantara Asam nitrat pekat dan Urine.
Untuk mengetahui adanya albumin dalam kandungan urin dapat
di lakukan dengan cara menyiapkan asam nitrat pada tabung reaksi sebanyak 3 ml
kemudian teteskan urin secara perlahan
sehingga urin turun melalui sepanjang tabung secara perlahan kemudian dilihat
perubahannya apabila ada yang menyerupai bentuk cincin berarti urin tersebut
mengandung albummin.
Dari hasil tes albumin ini ternyata
tidak timbul cincin putih dari sample urin saudari Euis dan saudara wawan. Jadi dapat disimpulkan dari hasil
pengamatan bahwa didalam urin nya tidak mengandung albumin. Keberadaan
albumin dalam urin dengan jumlah yang melebihi batas normal, dapat
mengindikasikan terjadinya gangguan dalam proses metabolisme tubuh.
4.
Uji Amonia
dalam Urine
Amoniak merupakan senyawa kimia yang memiliki
lambang NH4. bau amoniak ini sangat menyengat. Semakin menyengat bau urin tersebut
maka kandungan amonianya tersebut semakin tinggi.
Pada praktikum kali ini pengamat melakukan pengamatan terhadap urine untuk
mengenal bau amoniak dari hasil penguraian urea dalam urine. Pengamat melakukan pemanasan kepada urine yang telah
dimasukan ke dalam tabung reaksi. Setelah dipanaskan lalu kami mencium bau urine tersebut dengan cara dikipas-kipas pada atas tabung
reaksi sehingga bau amoniaknya dapat tercium. Berdasarkan
percobaan yang kami lakukan urin saudari euis dan saudara wawan baunya normal.
5.
Uji
khlorida dalam urin
Dari
hasil tes khlorida urine yang dilakukan, semua urine yang diuji mengandung
khlorida radikal. Hal ini ditandai dengan adanya endapan putih pada setiap
urine setelah ditetesi larutan Natrium Hidroksida (NaOH) beberapa tetes.
Endapan putih ini berasal dari Reagent NaOH yang digunakan saat pengujian yang
bereaksi dengan Cl- yang terkandung di dalam urine dan membentuk
NaCl. Kelarutan yang rendah di dalam pelarut menyebabkan NaCl akan mengendap.
Chlorida dalam urine berasal dari NaCl yang terdapat pada hampir setiap makanan
yang dikonsumsi. NaCl ini kemudian diuraikan menjadi Natrium dan Chlorida.
Kemudian chlorida tersebut akan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh kemudian
sisanya yang bersifat racun dikeluarkan melalui urine.
H.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada uji glukosa mendapatkan hasil
yang negatif karena larutan berwarna biru tua yang artinya larutan tidak
terindikasi mengandung glukosa
2. Pada uji albumin mendapatkan hasil
yang negatif karena tidak ditemukan cincin putih pada larutan
3. Pada uji amonia mendapatkan hasil
yang negatif, yaitu tercium bau amoniak hal ini membuktikan adanya penguraian
urea dalam urin.
4. Pada uji khlorida mendapatkan hasil
yang positif yaitu terdapat endapan berwarna putih.
Dari hasil pengamatan urine diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa ginjal yang bersangkutan berada dalam keadaan sehat.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi, Goenarso. 2003.Fisiologi
Hewan. Jakarta :
Universitas Terbuka
Ganong,
William F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Ali, I. 2008.
http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih/ (diakses 13 Januari
2019).
Sinosuke, N. 2009. http://bagiilmunohara,blogspot.com/2009/04/uji-urin.html. (diakses 13 Januari 2018).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar